Satu-satunya yang ngebuat kangen itu ya... Hangatnya air laut. (dasar manusia, dikit dikit kangen, bosen. Terus aja sampe jadi lingkaran setan)

Kebayang nggak sih, abis nikmatin UAS, libur lebaran banyak kegiatan kesana kemari, terus akhirnya bisa liburan, terus liburannya itu ke pantai!

But this gonna be bad, somehow. Saya ikut dengan status menyendiri, yang lain semuanya bawa pasangan (terus baru nyadar pas berangkat). Soalnya pacar ada di dataran tinggi yang jaraknya 5 jam dari Serang. Sebel, tapi yaudah deh lumayan namanya juga liburan.

Kami bersembilan menuju Tanjung Lesung dalam 1 mobil Xenia. Kebayang lah ya mepek banget. Ada jalan jelek sedikit ngebenturnya pake banget karena nggak ada wilayah untuk pantulan. Untungnya sih Kami nggak langsung ke Tanjung Lesung. Karena wilayahnya yang jauh, Wiwin bersedia memberikan tumpangan di rumah kerabatnya di daerah Panimbang, sebelum Tanjung Lesung.

Di daerah Panimbang ini, kami diperlihatkan dulu oleh Wiwin salah satu pantai. Niatnya pengin liat matahari terbenam. Maenin air pantai yang buanyak, maenin pasir pantai sambal lari-lari nyeker. Tapi akhirnya cuma bisa jadi isepan jempol.

Ehe. Pantainya suram.

Gile dong, sepanjang garis pantai sampah semua isinya!

udah ada peringatan tetep aja bandel!

Sepanjang garis pantai noh, gile.

Jelas banget kan? Kan? KAAAN?
Ada lagi yang lebih parah.
Liat, liat!

ADA SOSIS JUGA!

Siapa yang mau tanggung jawab, Woy?

Ya kita sendiri dong. Tanyain deh ke diri sendiri, pernahkah buang sampah seumur hidup? Kalau emang pernah, walaupun cuma sekali, mungkin remeh-remeh sekali itu ada di antara sampah sampah itu. Bayangin aja, noh. Remeh-remeh kecil yang banyak bisa jadi setumpukan besar gitu. Masalahnya bukan kalian nyampah di pantai atau bukan sih, tapi poin nya itu kalian udah nggak boleh buang sampah sembarangan lagi. Malah kayaknya buang sampah sembarangan mulai sekarang harus diharamin biar pada nurut. Yak karena orang-orang sini pada sensitif sama agama sih, siapa tahu jadi nurut. Etapi nggak sampe gitu juga, sih. Bae lah, pusing. Lanjut cerita aja, yuk.

Karena di Panimbang udah deket sama pantai, ada yang jualan hasil laut di pinggir jalan. Tadinya mau beli mentahnya, eh karena udah pada capek dan pengin istirahat jadi dilewat gitu aja deh. Malemnya bakar-bakaran ikan sama ayam di pinggir dermaga nelayan. Karena rumah kerabat Wiwin ini juga di pinggir dermaga gitu. Udara pantai yang hangat-hangat lembab bikin tenang. Karena kita-kita suka gatel ngeliat tempat bagusan sikit, jadi aja foto-foto terus. Nggak inget kalau badan udah capek dan cepel asem yang udah jadi mix float bareng bubur ketek di mobil.

Dua jam perjalanan dari Serang ke Panimbang kemarin ngebuat perjalanan awal berkesan nano-nano. Ada senang ada duka. Sekarang ke bagian senang-senangnya, Ke Tanjung Lesung.

Perjalanan ke Tanjung Lesung ternyata nggak beda jauh dari jalan di Anyer. Banyak pohon kelapa, jalanan sesekali nampakin pemandangan pantai dan lautan. Nilai plus nya sih lebih banyak aja porsi penampakan lautnya, jadi lebih segar. Sering-sering nampilin muka kaget campur senang karena liat laut. Karena udah beberapa tahun terakhir nggak pernah liat laut, sih. HAHAHA

Perjalanan dari Panimbang ke Tanjung Lesung Sekitar satu sampai dua jam. Sampai Tanjung Lesung ternyata ada pintu gerbang. EH ternyata baru nyadar kalo Tanjung Lesung itu resort yang di manage gitu. Lah saya kira itu pantai-pantai virgin gitu. 

Tapi teteup, pemandangannya bagus. Lekukan semenanjungnya bikin pengin lari dari ujung ke ujung. Pantainya berpasir putih, terus teriknya siang hari tanpa awan sedikitpun ngebuat dunia berasa luas. Banget.

Ada bagian pantai berkarangnya sebagian. Enak buat foto-foto kalau doyan eksis. Siapa yang nggak ngiri kalau foto di pantai yang bening-bening. Tapi harus hati-hati, karena ombaknya cukup besar, bisa bikin kamu kaget. Takutnya henpon kamu jatuh karena goncangan air.

Biar jelas, pake mode panorama. Semenanjung banget.

Airnya bening dan bisa langsung liat karang secara mendetail jadi ya suka aja gitu liatin karang-karang. Kalau udah capek maen di air , bisa tiduran di batang pohon yang udah tumbang juga enak.

Tapi, Tapi, pantai Tanjung Lesung itu bukan klimaks, loh. Kami masih penasaran dengan pantai lainnya di sekitar Tanjung Lesung. Masa iya pantai yang Cuma Tanjung lesung, pasti di sepanjang pesisir pantai ada tempat menarik, dan Gratisan. Karena di Tanjung Lesung bayar, kami memutuskan untuk mencari pantai yang gratisan dan bagus.

Nyasar ke resort untuk bulan madu, sampai numpang pipis di WC umum. Kepala pusing karena jalannya bebatuan dan berdebu. Gile, off the road banget. Untung akhirnya kami dapat clue. Setelah nyasar nggak karuan, kami bisa menelusuri jalan ke kiri dari jalan masuk/ Gerbang Tanjung Lesung Resort. Jalannya emang jelek, bebatuan, disampingnya ada WC umum. Jangan kaget kalau sepanjang jalan itu bebatuan, jalan aspal yang nggak karuan lagi bentuknya. Kadang ada jalan yang udah meruncing, jadi harus menyetir dengan seksama, dan siap-siap mual kalau nggak kuat goncangan besar. Kalau bosen liat jalan bebatuan, buka jendela mobil dan sambal kasih dadah-dadah aja ke anak SD yang lewat.

Tapi beneran, semua itu terbayar dengan hasil yang benar-benar ultra keren. Siap-siap bahagia aja kalau udah nemu jalan beton yang nggak hancur. Emang jalannya berkelok, tapi itu semua rata-rata nempel di garis akhir pantainya. Jadi jalanannya nempel ke laut lepas, biru pekat. Luas dan jelas. Nggak nyeseeeel deh kalau liat pemandangan ini. Sepanjang jalan kelihatan laut lepas yang beneran polos laut dalam aja, kayaknya sekali salah belok bisa nyelem ke dasar laut terus ketemu ikan duyung kalau beruntung. Nggak tahu deh jalan beton ini menuju mana. Nggak jalan sampai ujung banget karena beneran jauhnya minta ampun. Kami memutar kembali dan menghampiri pantai yang bisa memuat mobil untuk parkir. Lupa deh apa nama pantainya, terlalu seneng liat laut lepas di pantai itu. Beneran dalam banget kalau pantai yang ini. Abis Pasir pantai aja ada air laut ditambah penggaris tanda kedalaman air (nggak tahu apa namanya, litany udah serem duluan). Tapi sepanjang pantai itu pasir putih yang luas. Lebih puas. Karena apa? Karena tempat ini populasi pengunjungnya bisa dihitung jari. Jadi puas banget mau ngapain di sini. Balapan lari juga nggak ada yang ngelarang, serius deh.

Biarkan foto yang berbicara kembali

Nggak nyesel deh nyasar-nyasar kalau di daerah pantai. Udah ajeg-ajeg sampe mual bisa dibayar sama pemandangan yang ada. Walaupun nggak bisa ngerendem di airnya, walaupun nggak berenang sama sekali, tetep nggak akan terlupakan. Jalan rusaknya, jalan beton bekelok dengan pemandangan laut lepas. Saya bahagia bisa hidup di daerah tropis seperti ini. 

See you soon, guys!