Taman Kenangan: Teh dan Kopi

  • Rabu, Januari 08, 2014
  • By Reza Kurniawan
  • 4 Comments

Satu gelas teh hijau instan dan secangkir kopi sachet yang sudah terlanjur dingin di meja bundar berdiameter nol koma lima menemani kami menikmati indahnya sore ini. Iya, meja bundar sebuah taman umum di kota ini. Kebetulan, kota ini sedang mengupayakan pembangunan area hijau dengan banyak tempat bersantai bagi pejalan kaki. 

Biasanya ada seorang, bahkan sekumpulan anak muda sedang berkumpul hanya untuk menggunakan fasilitas Wi-Fi gratis di taman. Daya tarik sebuah taman untuk mengambil hati pemuda kota ini. Tapi, hari ini terasa sepi. Mereka semua tidak terlihat di spot favorit yang biasa aku lihat. Dilihat juga dari kapasitas tempat sampah organik dan anorganik di sore ini masih sedikit. 

Aku sempat berfikir bahwa penduduk kota ini tidak terlalu tertarik dengan taman yang indah dengan segala fasilitas yang tersedia. Susunan bunga warna kuning-putih, kursi taman yang klasik, Pohon rindang di setiap sudutnya. Pohon rindang tersebut juga kelihatannya tidak terlihat menyeramkan ketika malam hari karena lampu taman yang melingkari setiap sisi. 

Alasan apalagi yang membuat taman ini begitu sepi?



Biasanya, jika sepi seperti ini karena sedang musim ujian. Banyak dari anak muda yang terpaksa menjalin hubungan dengan sistem belajar kebut satu malam. Di hari lain, semuanya bermain, dan ketika ujian tiba, semua kelabakan, tipikal sebagian besar masalah birokrasi negeri kami. Tapi, apa boleh buat, lagipula anak muda yang datang kesini hanya sekadar bermain. Padahal, mengerjakan tugas juga cocok dikerjakan di taman ini. Dengan ukuran taman yang begitu luas, anak muda bisa datang berkelompok, bahkan satu kelas pun sanggup untuk mengerjakan suatu tugas sekolah, belajar bersama. Udara sejuk dengan berbagai jenis tanaman hijau disini sangat mendukung untuk kesehatan saat dikelilingi tugas yang mengikat.

Sepi nya taman ini hampir mebuatku lupa bahwa Lisa disampingku. Dia mulai menangis. Tidak habis pikir, Mengapa aku malah memikirkan hal seperti itu. Apa peduli ku dengan hal lainnya sementara Lisa sedang menangis?
Aku tidak bisa menahan tangis Lisa.
Aku tidak berani menghentikan tangisnya.

Aku ingat ketika 2 tahun lalu saat kelas 10, ketika aku dan dia baru kenal selama 1 minggu, dan terpaksa aku memboncengnya pulang dengan sepeda, itupun  karena terpaksa satu kelompok dengannya. Iya, dengan sepeda. Aku suka mengendarai sepeda karena lebih hemat. Aku harus menempuh jarak beberapa kilometer lebih jauh dari biasanya karena harus mengantarnya pulang.

Sampai di rumah Lisa, Aku disambut dengan suara pertengkaran orang tua Lisa. Aku masih ingat beberapa kalimat yang ia ucapkan dengan sedikit menahan amarah dan sedikit tangisan.

“Kit.. kita lewat pintu belakang aja, yuk,  Rud. Kalo lewat depan nanti ngeganggu papah yang baru datang kerja. Kamu kan udah bonceng aku sampai rumah. Aku… cuma bisa traktir kamu minum air putih. Sepuasnya deh, yuk. ” 

Sebenarnya, Tanpa Lisa bilang takut mengganggu papahnya yang baru datang dari kerja pun aku mengerti. Anak mana yang sanggup melihat orang tuanya bertengkar dihadapannya. Mungkin yang sanggup adalah mereka yang mentalnya sudah di upgrade, atau mereka terpaksa dalam posisi terjebak di sebuah pertengkaran. Aku juga pernah merasakan trauma dari pertengkaran seperti itu. Lisa terlihat selalu menahan dirinya.

Lalu, ketika sampai di pintu masuk belakang rumahnya, aku disuguhkan sebotol penuh air dan 2 bungkus biskuit. Istirahat sebentar saja tidak masalah. Lagipula Lisa sudah mengajakku. 


Aku sebenarnya hanya ingin menemaninya ketika aku melihat masalah yang dihadapi Lisa ketika di pintu masuk depan rumahnya tadi. Jauh sebelum ini, aku telah mengalaminya terlebih dahulu. Yang dibutuhkannya saat ini adalah seorang yang bisa menemaninya. 


Sampai pada puncaknya, Lisa mencairkan air matanya dihadapanku. 

Dia terlihat lemah….

Mungkin dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Aku juga tidak tahu harus apa. Jarangnya berkomunikasi dengan wanita membuatku gugup bersamanya, apalagi harus melihat tangisan wanita. Apalagi, bermodal kenal 1 minggu, membuatku tidak berani memberinya kontak fisik ataupun menasihatinya.

Rasanya sakit melihatnya begitu menderita.

Lisa hanya korban ditengah pertengkaran orang tua nya, namun efek nya besar terhadap diri nya.

Aku mencoba menepuk pundaknya memberinya sedikit semangat.

Walau sulit, tapi ini jalan satu-satunya agar aku berguna saat ini.

Lalu,

Dia menggenggam baju seragam sekolahku.

Dia ketakutan.

Tangisannya makin meluas. Aku sedikit lega, karena… aku terlihat berguna. 
Lisa menangis lepas. 

Iya, itu kejadian dua tahun yang telah lalu.

Terakhir kali aku menepuk pundaknya dan ia menaikkan intensitas tangisnya.
Aku tidak mau hal itu terjadi untuk kedua kalinya. Lisa mungkin bersedih, tapi aku tidak sanggup lagi melihat kesedihannya.

Lagipula…






Aku begitu bodoh. 

Jika memang aku tidak bisa menepuk pundaknya lagi, jika aku tidak bisa menghabiskan minuman ringan yang biasa kami beli di taman ini, buat apa aku membohongi diriku sendiri.
Dengan sepi nya taman ini, dengan hanya Lisa sendiri yang ada di taman ini karena telah ditutupnya taman untuk sementara Karena...



kematianku. 

Iya, Aku telah mati.

Mati karena sekelompok orang yang tiba-tiba datang dan menodongku dengan sebuah pisau serba guna. Aku membuat sebuah hipotesa singkat tentang sepi nya taman ini karena aku sendiri belum menerima kematianku. 


Lisa yang datang sendiri secara diam-diam dari garis polisi dan keamanan yang tidak ketat di pos keamanan di depan taman itu membuatku semakin bersedih. Aku tidak menyangka bahwa Dia kesini dan membawa dua minuman yang biasa kami pesan, Teh dan Kopi. Lisa meminum Kopi, dan Aku meminum Teh.

You Might Also Like

4 komentar

  1. wah baguuus! ^^ twistnya seru, banyak lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, ci :D

      Ini juga masih coba coba, takut pada nyesel bacanya :(

      Hapus
  2. bagus, kak :v gak kepikiran ternyata "aku"nya disini udah mati... hahahaha

    BalasHapus
  3. teh dn kopi emang banyak manfaatnya ya :D

    BalasHapus

Berikan komentarmu dan kita bisa berdiskusi di sini!