Pulau Kecil dan Bintang Besar

  • Selasa, Februari 27, 2018
  • By Reza Kurniawan
  • 0 Comments




Kalau rumah mu di daerah banten, beruntunglah kamu. Masih banyak pemandangan hijau, masih banyak pantai berhamburan. Dari pantai di daerah Serang, Anyer dan Ujung Kulon, ujung ke ujung sangat mudah diakses (ya dengan kendaraan lah ya, nggak mungkin juga pake becak). Kali ini, gue kembali melepas rindu dengan pulau Oar, pulau yang pernah masuk dalam list pulau mungil di ujung Jawa ini pernag dikunjungi beberapa tahun yang lalu. Kalau tahun lalu sepaket dengan pulau Peucang, kali ini hanya pulau Oar, dan menginap selama satu malam.

Iya, menginap. Satu malam menggunakan tenda. Berkemah.
Awalnya sih ya ada rasa ragu. Menginap dengan tenda? lah berkemah aja kayaknya terakhir pas Persami. Perkemahan Sabtu Minggu. itu pun campur tenda yang roboh. Sekarang udah puluhan tahun berlalu, diajak berkemah di sebuah pulau terpencil, bedanya dengan di film-film ya nggak primitif-primitif amat. Masih ada lampu, makan masih pake kornet, yang nggak enaknya kalau mau pipis atau buang air besar, hanya tersedia sumur dan harus menimba sendiri. Jadi, kadang pipis enakan menembak langsung ke laut. Lebih memorable.


Pertama menginjakkan kaki di pulau Oar, rasanya masih sama. Panas terik yang cerah indah dan pantai yang membiru luas. Aroma udaranya sejuk dengan campuran matahari dan bising gesekan daun dan air ombak yang mendayu-dayu. Tentram. Bagi gue yang udah bekerja di Jakarta, rasanya ada cahaya yang healing point menyelimuti tubuh. rasa pegal di perjalanan dengan aspal hancur lebur menjadi terbayarkan dengan keindahan. Sebuah pulau kecil, terpencil, tanpa listrik, bisa membuat 11 orang rombongan kami bahagia. Sampai di pulau siang hari, langsung membangun tenda, 1 untuk rombongan pria, satu lagi untuk rombongan wanita. Sesudah lelah membangun, dan tentunya gue dan beberapa anak lain yang cuma bisa bengong ngeliatin yang bangun tenda, gue memilih mencari ranting-ranting pohon untuk api unggun untuk malam. Ketika semua tugas sudah selesai, semuanya bisa menyelesaikan hari dengan menatap senja. pemandangan senja dari pulau ini terlihat bila menoleh ke arah kanan, pancaran jingga yang membentang lebih dari telapak tangan gue yang besar, bahkan lebih besar dari perahu yang letaknya nggak jauh dari kami, dan bisa dilihat tanpa ada penghalang.





Kalau malam telah tiba, pulau Jawa yang ada di depan Oar ini rasanya menjadi sedikit lebih seram. Kadang ngebayangin ada sebuah mahluk yang besarnya melebihi pohon-pohon di hutan Taman Nasional Ujung Kulon, yang tentunya itu nggak akan mungkin. Kalau beruntung, ada kunang-kunang yang menemani di kegelapan. Namun, kalau kamu mencari yang pasti, atap langit yang bintangnya sangat banyak bisa dilihat di pulau Oar. Besar dan luas. Dari letak terbit hingga terbenamnya matahari, semua bintang bisa dilihat, tanpa ada penghalang yang ngebuat satu malam itu nggak akan bisa terlupakan. di sebuah pulau yang letaknya nggak jauh dari rumah di Serang, Semua gugusan bintang bisa terlihat, kedudukan gue yang sama rata dengan laut biru muda, dan hamparan pasir pantai yang putih. Mungkin, ini satu pemdanganan indah yang badak bercula satu rasakan setiap malam di pulau seberang, mungkin juga ini sebuah langit yang bisa dinikmati ikan-ikan dan mamalia di laut.
Karena bintangnya berkilau dan banyak, gue lebih memilih tidur tanpa tenda. And that is the most right decision. Karena nyamuk dan serangga yang jarang, gue bisa tidur terlentang dengan menatap langit diujung pulau Jawa. Gue nggak tau yang mana rasi bintang Gemini, scorpio dan leo, tapi yang pasti semua bintang di sini terang dan memukau. Sampe nggak bisa tidur, terus memandang langit tanpa berhenti, selama 3 jam. Itu semua membuat lengkap semua pengalaman di pulau Oar yang terpencil ini. Yang tentunya, kalian juga harus mencoba ke pulau ini dan harus berkemah. Titik.

You Might Also Like

0 komentar

Berikan komentarmu dan kita bisa berdiskusi di sini!