Mencoba Ojek dengan Gojek

Mau transportasi yang cepat dan lincah? Pasti sih ojek jawabannya. Mau di ajak nyelip kanan-kiri juga oke kalau mengingat kondisi jalanan saat ini. Tinggal samperin pangkalan, Tanya tarif (atau nego?) langsung tancap gas.

Ojek itu alat transportasi berupa seperangkat motor yang berfungsi, dan seorang pengemudinya. Menurut hasil googling, di Indonesia sendiri ojek itu diawali oleh angkutan sepeda yang ada tahun 1969 yang diawali di daerah pedesaan di jawa tengah, lalu berkembang di Jakarta pada tahun 1970-an. Pada saat sejarahnya, ojek sempat ditentang pemerintahan Jakarta karena bukan transportasi yang resmi (informal) tanpa izin, namun tetap berkembang. Karena hanya bermodalkan motor saja orang bisa memberikan jasanya sebagai transporter, gitu.

Lalu munculnya Ojek dengan wajah baru, GOJEK. Ojek yang punya manajemen, bisa dijangkau dalam genggaman ini mulai bersinar lagi di tahun 2015. Dipesan lewat smartphone, Gojek datang menjemput. Mau jadi Ojek, jasa kurir atau antar makanan, oke oke aja. Namun, dengan munculnya suatu inovasi yang lebih baik, ada saja oknum yang tidak bisa menerimanya. Sebut saja Ojek yang tidak bisa move-on. Kasihan juga kan nama Ojek konvensional jadi tercoreng. Banyak beredar di media sosial bahwa Ojek menyerang Gojek yang ingin menarik penumpang. Berlandaskan alasan wilayah mangkalnya, maka Gojek tidak boleh ikut-ikutan mengambil jatah wilayah kesayangannya itu.


Mental yang jelek ini banyak sekali yang mengendap di dalam benak masyarakat.  Sekumpulan orang yang sendirian atau sekelompok yang merasa punya kuasa, berotot dan mempunyai “power” untuk membela kepetingannya yang lantas tidak nyaman akan inovasi karena takut usahanya yang ada akan hancur. Jika tidak dapat bertahan, inovasi itu akan hilang. Meredup dan semuanya akan bertahan pada lingkaran setan yang akan stagnan. Lalu banyak orang yang bawel ramai-ramai berbicara “mana inovasi? Mana hasil? Mana, mana, dan mana????” kepada orang lain, tanpa berkaca dan tanpa menyalahkan diri sendiri.

Saya kadang-kadang menggunakan ojek. Mencarinya tidak sulit,  mereka ada dipangkalan, bahkan sesekali ada yang lewat di jalan. Saat SMA, ada juga yang sangat agresif. Anggaplah saya turun dari angkot, kemudian ada pengendara motor bahkan lebih dari dua menghampiri saya, bahkan saat kaki belum menyentuh tanah ketika angkot baru berhenti. Lucunya, karena agresif seperti itu, sesama ojek kadang bertabrakan hanya untuk mengejar penumpang. Kalau ojek depan komplek Saya hebat sekali, Mereka mempunyai pangkalan, mempunyai sponsor untuk papan nama “pangkalan ojek”, mempunyai Tv dan 1 set sound system untuk menemani mereka di pangkalan.  Sistem angkut penumpangnya pun diorganisir dengan baik, sistem uang kas nya pun baik, sehingga pangkalan mereka jadi lebih enak dan nyaman, penumpang pun tidak segan untuk menggunakan jasa para ojek yang baik. Nyaman sekali rasanya pun untuk memesan ojek langsung di pangkalan. Banyak juga kan pangkalan ojek yang begitu?

Bahaya itu untuk Ojek yang suka seruduk sana-sini, dan tidak ada sistem yang baik. Dengan ongkos yang asal tembak, keamanan yang seadanya, malah terkadang tidak ada. Ngebut-ngebutan di jalan, melalui jalur berlawanan arah, taruhan nyawa ada di supirnya. Bahaya sekali jika nyawa penumpang digantungkan pada orang yang tidak pernah bisa tertib akan peraturan, bagaimana mau mengantarkan penumpang dengan selamat?

Naik Gojek di Bandung


Karena isu yang ramai kemarin, saya sendiri langsung mencoba Gojek untuk merasakan apa yang beda dari Ojek yang biasa. Mencoba Gojek, di Bandung.

Saya adalah pengguna baru, dapat kode voucher 50 ribu dari user lain. Saat ini pula ada promo bulan ramadhan hanya bayar 10rb, padahal dari gunung batu ke Terminal Leuwi Panjang sejauh 9 kilometer lebih. Dari Gunung Batu, saya memilih transport, saya menempatkan koordinat pesanan di pinggir jalan dekat rumah. Tidak lama saya memesan, ada Supir  Gojek yang terdeteksi, kemudian saya ditelepon oleh supir Gojeknya  untuk konfirmasi pemesanan. 10 menit kemudian,Terlihat ojek menggunakan jaket Gojek yang sampai di koordinat yan saya tentukan. Namanya adalah Pak Rukman. Saya diberi helm, Namun tidak diberikan masker dan penutup kepala.  Pak Rukman sempat meminta maaf kalau masker dan penutup kepala telah habis. Bukan masalah besar sih, yang penting helmnnya layak dipakai sudah cukup. Oh iya, kalau mau dapat Gojek Credit seharga 50 ribu secara gratis, gunakan kode voucher 542809181, ya.


Tarif dan peta penjemputan Gojek

Diperjalanan, kami berbicara sesekali. Ia ramah, lalu bercerita bahwa biasa mangkal bersama ojek-ojek biasa di pinggir jalan, Tidak ada perbedaan. Di Bandung, kayaknya nggak ada gerombolan ojek yang sinis sama Gojek, sih. Mangkal aja sama ojek konvensional, kok. Teman-temannya yang lain pun banyak yang menjadi Ojek di Gojek juga. Tapi ada yang tidak bisa ikut masuk karena keterbatasan usia yang hanya sampai 50 tahun.

(Tapi setelah beberapa minggu saya melihat timeline Twitter dan Facebook, ternyata masalah Ojek dan Gojek di Bandung itu ada. Jreng. salah satu foto dari dosen saya di link facebook ini)

Di perjalanan rasanya nyaman. Pak Rukman mengemudi dengan tenang, menyalip pengendara lain pun, tidak buru-buru, tetap tenang. Ada jalan yang sedang diperbaiki, dan diperkirakan macet dan tidak bergerak, Pak Rukman memberikan rekomendasi lewat jalan lain, untungnya saya setuju (dan benar saja, ketika saya susah berganti angkutan menggunakan bis, keluar Bandung butuh 1 jam karena macet parah). 

Walau sekali Saya kaget Pak Rukman melewati Trotoar karena jalan tidak bergerak.
Ketika sampai tujuan sepertinya ada yang terlewat, pas di awal tadi, Pak Rukman tidak menekan tombol angkut penumpang dan saya pun tidak tahu apa apa karena baru pertama kali naik Gojek. Tapi hal itu bisa langsung diselesaikan karena tinggal tekan oke-oke (seperti proses biasanya) di smartphone Pak Rukman dan juga Saya.

Naik Gojek rasanya membuat pengalaman menggunakan jasa Ojek lebih baik dari sebelumnya. Lebih aman, lebih praktis dan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Saya bisa memesan di mana saja, harga pasti tidak asal tembak dan Gojek datang, Tukang Ojek bisa menunggu pesanan hanya lewat Smartphone tanpa harus menunggu penumpang yang lewat, Soalnya Ojek juga bisa nunggu di rumah. Bisa ngurusin keluarganya.

Untuk Ojek konvensional yang belum bisa move on, tidak bisa menerima perubahan, Tolonglah melek Sedikit. Perubahan itu bisa jadi lebih baik. Atau, kalian yang nggak mau perubahan yang lebih baik? Terlalu nyaman dengan yang ada sekarang? Mau punah ditelan zaman?

Masih nyaman mana untuk naik dengan oknum ojek konvensional yang suka nembak tarif, nggak ada keamanan dan nggak ada jaminan? terus saat ini udah ada ojek yang bisa di pesan di mana aja, pesannya gampang, dan jaminannya jelas. Mau pilih yang mana? da nenek nenek pensiunan juga bakal jawab yang terjamin.

Ojek Konvensional juga bisa ikutan Gojek, kan? Nggak angkut penumpang juga bisa kalau sibuk. Atau, ikutan pangkalan ojek yang udah ada sistem yang bagus, atau inisiatif bikin yang bersistem baik. Apa mau jadi solo karir sendiri? Nggak masalah selama nggak ngeganggu orang lain.

Lagian, Ojek Konvensional dan Gojek itu punya kelebihannya masing-masing, kok. Malah, bisa saling melengkapi. Coba dulu aja pikir baik-baik.

Apa kita siap untuk setiap perubahan? Apa kita siap untuk perubahan yang lebih baik?
Apa mental kita siap untuk lebih baik kalo ujung-ujungnya serba anarkis? 




You Might Also Like

19 komentar

  1. Aku mah nggak tau ih ada ojek agresif kayak gitu :')
    Yang di komplek aku mah bagus gitu xD
    Belum pernah nyobain gojek. Ah, ada yg anter ini :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebanyakan di komplek udah baik-baik, ya kayaknya.
      Yang anternya capek, jadi minta anter mang ojek aja :P

      Hapus
  2. iya ini gojek lagi rame banget dibicarain. kalau ojek biasa, gue baru mendengar cerita horror tentang ojek komplek dari guru bp gue. sampe2 itu ojek dipenjara, nggak aman sih emang kalau ojek biasa. entah kenapa lebih terpercaya aja ya kalau ada gojek gini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah sampe ojek komplek ada yang begitu? sayang amat, nanti pangkalan ojeknya jadi tercoreng gitu dong :( harus serba hati hati, ya..

      Hapus
  3. padahal dicermati lebih menguntungkan join Gojek loh, daripada sendiri-sendiri gitu kan? karena sudah terstruktur dan rapi juga manajemennya.
    eh tapi, itu yang sudah jadi Gojek apa masih bisa ambil penumpang yang bukan pesan via aplikasi? ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya kan, jadi lebih profesional gitu jadinya. terus pelanggan saat ini kan kebanyakan butuh yan pasti pasti sih.
      kalau nggak salah sih bisa, deh. langsung dibincangin apa sama mang ojek kayaknya. nggak baca lebih lanjut soalnya..

      Hapus
  4. gojek Ini ide siapa mantap sekali euy tinggal di rapihkan aja.
    Bahkan ojegpun online.
    mantap sekali bandung...

    Oia ojeg di sayamah sudah pada okeh baik lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak Indonesia sini juga sih Idenya. Banyak juga di kota lain macem jakarta, bali dll gitu. Hebat ya Gojek ini.

      Hapus
  5. Gojek cuma ada di kota" besar aja yah mas? -_-

    btw yg selama ini pengen di tanyain. itu yang disampul Google+ kaya mirip Sule :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kota lain kayaknya menyusul. Kampung Saya juga engga ada :(

      HAH? SULE? WUT? hahahaha asa jauh...
      Langsung siapin foto lain buat profil ah :((

      Hapus
    2. Asli mas mirip sule itu, coba tanya sama yg lain,. Pasti bakal bilang sule, tpi versi berisi badan'a

      Hapus
  6. Aku aja baru tahu kalau Gojek udah ada di kota ku. Tapi tetep lebih milih naik motor sendiri, sih. Bukan mahrom kalo dibonceng sama bapak-bapak tukang ojek :/

    BalasHapus
  7. aku mah apa atuh, di tegal ga ada gojek. kayaknya asik yah, sentuh-sentuh eh abangnya datang sendiri..
    iya tuh, isu tarung ojek vs gojek lagi ngehits. harusnya ditandingin dengan inovasi, bukan dengan otot, apalagi otot itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sentuh sentuh, abangnya dateng X)
      nah, tanding inovasi itu keren. kalo tanding gitu inovasi bakal terus berkembang dan imbasnya konsumen yang diuntungkan. kalo adud otot cuma bikin bencana. :(

      Hapus
  8. Kalau denger temen2 yang pakai gojek dan lancar2 aja kadang suka gimana gitu,
    Habisnya ya, gue di jakarta pesen gojek nunggu dari jam 8 malem sampe jam 9 gak ada respon coba, finding driver terus.
    Ah, syudahlah~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasihan ( ' ')/
      mungkin kalo di pikir-pikir jam segitu banyak abang yg udah pulang kali ya. soalnya walaupun mereka online, nggak diambil pun bisa penumpangnya.. sabar ( ' ')/

      Hapus
  9. kalo di kota ku belum ada gojek. tapi pengen juga sih pakai gojek, biar romantis2an sm abang2 gojeknya, *apaansik
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi mau mesra tinggal pencet hape, dia dateng. Kasihan kamu, Rahayu ( - -)

      Hapus

Berikan komentarmu dan kita bisa berdiskusi di sini!