Local Guide to Macet

  • Rabu, Desember 30, 2015
  • By Reza Kurniawan
  • 6 Comments



Siapa yang suka macet? Saya sih, no. Nggak pake kompromi.
Yang bilang suka sama macet pasti nggak pernah ngerasain penderitaan nyetir di tengah kemacetan panjangnya bukan kepalang. Pernah deh, dengerin anak kecil bau cikur seenak jidat ngomong, “Da aku mah suka macet, aku kalo jalan-jalan doanya macet aja biar lama di jalan”. Sini aa jejelin lapisan aspal dari ribuan mobil yang melewati macet sepanjang tahun 2015.

Akhir tahun 2015, tepatnya di akhir Desember yang bertepatan libur karena adanya peringatan Maulid Nabi dan Natal 2015 yang ada di tengah minggu, bersambung ke akhir minggu, akhirnya membuat saya gerah untuk menuliskan post ini. Perjalanan dari kota Serang hingga Bandung yang berdurasi kurang lebih 16 jam, yang biasanya ditempuh 4-5 jam saja. Mati kutu. Perjalanan ke korea utara juga lebih deket, men.

Dalam beberapa tahun ini, kemacetan memang semakin sulit terhindarkan. Saya tinggal di 2 kota. Serang dan Bandung. Serang sebagai kampung halaman yang saya jadikan tempat pulang, rumah orang tua, dan tempat beristirahat untuk mencari ketenangan. Bandung, tempat mencari ilmu dan juga tempat mencari apapun yang saya butuhkan dengan mudah, tentunya jajan-jalan melulu. Jarak Antara Serang-Bandung yang melewati banyak kota seperti Tangerang, Jakarta, Bekasi, Karawang, membuat saya mengalami banyak peristiwa kemacetan yang… tidak sedikit. Walaupun tidak banyak sekali, setidaknya ada 20 tahunan pengalaman hidup yang saya alami.


Pengalaman


Long weekend kemarin, tepatnya 24 -27 Desember 2015 adalah kemacetan yang memang enak dibahas. Mulai dari kemacetan panjang dari jalan Tol Jakarta hingga Kawarang, sampai pejabat berwenang yang memustuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya terkait kemacetan tersebut. Saya termasuk orang yan mengalami perjalanan panjang ditengah kemacetan tersebut dan tidak bisa terhindarkan. Teori tentang berangkat lebih pagi atau subuh itu sudah tidak berlaku. Saya berangkat dari Serang setelah subuh, dan sampai Bandung pada jam 10 malam. MALAM, saya ulang sekali lagi biar kelam. Sebenarnya sudah pasrah saja, karena di awal sudah melihat twitter, kemacetan sudah terjadi dari malam sebelum saya berangkat, yang tentunya orang-orang berpegang teguh kepada teori berangkat lebih cepat. Teman ibu saya pun berangkat jam 2 pagi dari Serang, baru keluar tol dalam kota Jakarta jam 8 pagi.

Tentunya, pengalaman ini sangat berharga. Bertahan hidup ditengah kemacetan panjang enggak mudah. Bayangkan, kamu harus membagi jatah minum agar tidak kebelet pipis, dan tetap menjaga kondisi badan tidak dehidrasi selama perjalanan. Dalam kemungkinan yang lebih berat, bayangkan kamu harus mempertahankan kondisi badan untuk terus menyeimbangkan kesadaran menyetir, dengan kondisi berat akibat tekanan atmosfer negatif di tengah kemacetan. In the worst case, kamu harus tetap punya tenaga untuk keluar dari mobil, dan berlari secepat mungkin dan menyelamatkan diri dari Zombie Outbreak yang mendadak muncul kalo pemacet (sebutan untuk pengguna kemacetan) terlampau stress dan berbusa, terus jadi zombie yang menggila.


Menghindari Kemacetan

(Tidak Keluar Kota)

Libur Panjang? Istirahatlah di Rumah.

Liburan itu enak banget digunakan untuk santai-santai. Menyeruput teh di pagi hari dengan koran di tangan. Klasik, tapi menenangkan pikiran. Tentunya kalau kamu udah mandi. Kalau engga mandi? Yang ada malah gatel.
Berbahagialah dengan rumah yang menginvestasikan sepetak tanahnya dengan tanaman. Kalau tidak punya halaman yang cukup, beli lah satu pot tanaman, taruh di pekarangan. Kalau tidak mau bermodal sama sekali, pergilah ke suatu taman di komplek, ataupun kota masing-masing. Berbahagialah kalian yang mempunyai pemimpin yang peduli area hijau, tingkat kebahagiaan kalian dapat terjaga (halah, berat nih).  

Bermain Game, Sewa Film Ataupun Kumpul Keluarga

Dari game ular tangga yang bisa dimainkan dari selembar kertas, sampe gadget yang kamu punya bisa digunakan untuk bermain game. Nggak, maen game itu nggak cuma anak kecil. Kalo kamu termasuk orang yang membenci game dengan alasan “kayak anak kecil” berarti tingkat stress kamu tinggi. Bwek. Biarin, ini emang subjektif, kok. Lagian, bayangin aja, semakin tinggi tingkat stress untuk bertahan hidup di zaman ini, hal apa yang kamu lakuin? Bagus kalo kamu punya hobi. Misalkan memasak, memancing, gosok batu akik, dan sebagainya. Tapi kalau hobi kamu korupsi? Iyuuh, mending maen game Alphabear sampe mimisan karena punya pustaka bahasa inggris yang sedikit.
Kumpul keluarga? Yes, im in. Karena keluarga adalah apa yang menjadikan dirimu saat ini. Banyak-banyak ngobrol dengan keluarga, karena komunikasi itu penting, dan kamu bisa mengenal dirimu sendiri kalo komunikasi dengan keluarga itu baik. Nggak percaya? Cobain aja. Kamu bisa curhat apa aja, bahas hal gaje sampe hal serius, apapun. Kalau teman bisa nusuk dari belakang, tapi keluarga itu bisa nashi kamu 12 tusuk sate dalam sehari.

Maen game bareng keluarga? itu keren. pada nggak bisa maen game karena kamu terlalu jago? nyewa film aja, lah.  Zaman sekarang banyak tempat penyewaan film di kota kamu, deh. Kalo nggak ada juga, bisa sewa di internet, di Google Play store ada dan murah, loh. 

How-to Survive

(Kalau kamu terpaksa harus memasuki kemacetan)

Berangkat lebih pagi

Teori ini adalah teori yang saya dengar ketika masih kecil. Kamu mau selamat sampai tujuan tanpa terkena macet, berangkat lebih pagi. 4 tahun lalu teori ini masih berlaku dan efektif, tapi saat ini kemacetan memang sulit di duga, dan juga mungkin pengguna teori berangkat lebih pagi sudah terlalu umum. Hari libur memang tidak bisa berbeda beda, jadi orang-orang punya hari libur yang rata-rata juga sama, selama ia tinggal di Indonesia. Jadi, teori ini pun bisa semakin lemah jika semua orang mempunyai waktu libur yang sama.

Menggunakan Jalan Alternatif

Semua orang suka menggunakan jalan  Tol. Tanpa lampu merah, sedikit persimpangan, dan banyak hal asik lainnya. Namun, karena jalan Tol itu bebas hambatan, bukan bebas macet. Hambatan itu seperti resistor pada produk elektronik, semakin banyak hambatan, semakin banyak pula tenaga yang terhambat. Lelah, bang. Jadi, orang suka memilih jalan tol karena tenaga yang dikeluarkan tidak habis diperjalanan. Tentunya, kalo macet mampir, hambatan itu kongkrit dan nggak bisa dihindarkan.
Semakin banyaknya kendaraan yang ada, dan bukti kemakmuran negara kita tercinta dengan semakin banyaknya keluarga yang mempunyai mobil itu terbukti. Akibat gengsi yang tinggi, ataupun banyaknya jumlah kendaraan yang terparkir di garasi itu menjadi hal yang dianggap prestisius, yang padahal adalah kesalahpahaman jika dikaitkan dengan zaman. Zaman kayak begini banyak mobil malah nambah kemacetan.  

Gunakanlah jalan selain jalan Tol, selama orang lain belum menyadarinya, gunakan jalan arteri antar kota yang bisa ditembus dengan keluar dari jalan Tol. Saudara saya menggunakan jalur biasa dan keluar dari jalan tol Jakarta, masuk lagi Tol Bekasi yang dapat menghemat 2 jam daripada saya. Sungguh hebat kalau kamu, kamu dan kamu mengetahui jalur-jalur alternative selain jalan Tol. Saya terlambat keluar jalur Tol, karena setelah saya memutuskan ingin keluar, jalanan biasa pun sudah macet, di mana-mana.

Jika kamu tidak mengetahui jalan alternative, gunakan gadget yang kamu pegang saat ini. Ada teknologi canggih bernama GPS yang biasanya ada di Google Maps, ataupun Waze. Meskipun kedua aplikasi itu sudah menjadi keluarga, saya lebih memilih Waze. Jalurnya manusiawi dan tidak menyesatkan. Sedangkan Google Maps, saya pernah dibawa memutar menggunakan jalur hutan dan begonya terus diikutin sampai saya sadar itu malah memutar jauh sekali, dan juga hutan yang jalannya tidak bisa dilalui kendaraan roda empat (untungnya saya menggunakan motor ketika itu).

Persiapkan Peralatan Bertahan Hidup

Kemacetan itu seperti perang. Persiapan peralatan di segala kemungkinan adalah kunci. Untungnya nggak ada tanda-tanda wabah zombie ataupun  decepticon yang bakal ngebajak mobil kamu jadi robot, jadi kamu nggak perlu bawa senapan atau bedil penembak merpati. 

Yang kamu butuhin adalah playlist yang panjang dari lagu yang kamu suka, dalam bentuk Compact Drive (CD) ataupun di Hape. Ini berguna juga bagi kamu yang mau menggunakan angkutan umum seperti bis. Kalau semua itu lupa kamu laksanakan, masih ada radio. Kamu bisa karaokean sepuasnya karena mobil itu kedap suara, ditambah teriknya matahari siang yang membuat suara menguap keatas lebih cepat. Tapi, ini berlaku kalau kamu menggunakan mobil pribadi. Kalau bis, siap siap kamu akan menyukai segala hal yang berbau dangdut koplo yang beberapa cuplikan video cewek joget di televisi di samping pak supir bis yang sedang bekerja bukan mengendarai kuda.



Cemilan. Cemilan kecil kayak pilus yang murah meriah yang sekali telen bisa ratusan biji ketelan. Cemilan besar, kayak nasi padang berlumuran bumbu rendang merah menyala. Engga perlu diganggu gugat lagi soal makanan, karena spesies manusia normal itu butuh makanan (in case kamu bukan zombie atau decepticon yang doyan oli). Pernah lihat iklan Snickers? dengan gamblangnya mendeskripsikan manusia itu menyebalkan kalo lagi lapar itu benar faktanya. Mungkin juga umur kamu bisa bertambah tua 5 sampai 10 tahun dari umurmu sebenarnya jika kamu terjebak macet dan nggak punya cemilan. Jadi, bawalah cemilan. Jangan sampai kamu kayak pelaut di film In The Heart of The Sea, ya. Makan teman karena kesulitan makan. Bukan embat gebetan teman, loh ya. Tapi... dalam arti sebenarnya, gigit-gigit daging teman. Jangan, jangan.

Jangan Kebanyakan Mengeluh

Udah macet panjang, terus mulut kamu nggak berhenti aja soal keluhan macet yang tiada habisnya? Semoga selamat aja deh, ya. Kamu akan semakin menderita. Selain macet itu melelahkan, kondisi mental yang ditubruk opini negatif itu juga membuat semakin besarnya rasa lelah. Menggerutu sepanjang perjalanan itu nggak akan memperbaiki keadaan, guys. 

Daripada mengeluh, ngobrol bareng teman seperjalanan aja dalam mobil. Bahas peristiwa yang update, kenanan-kenangan kamu, rencana kamu abis macet saat ini tanpa memperburuk keadaan. Kamu perlu mengalihkan perhatian dari macet. Minimal, kamu bisa bernafas untuk membahas hal-hal yang menarik.

Jadi, apa tips macet ini bisa membantu kamu untuk menghadapi kemacetan?
Atau, kamu punya pengalaman macet yang amazing banget?
mau dong, denger cerita kalian. :D
Jadi, have a nice Macet, ya.






You Might Also Like

6 komentar

  1. Hahaha, semakin banyak resistor maka nilai arusnya pun akan semakin kecil, hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus I=V/R. wkwkwk

    Nice info, bro. Tapi buat cara yang berangkat dari pagi hari kayaknya udah jadi rahasia umum deh. Sekarang kalo mau aman ke mana2 itu harus berangkat dari dini hari bareng ibu2 yang belanja ke pasar. hehe

    Salam kenal,
    http://penjajakata.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sebel ya, jadi terlalu umum. Tapi... dini hari bernagkat juga sama aja, wong dari jam 12 malem aja udah macet, kan. :(

      Hapus
  2. Semua orang yakin nggak suka yang namanya macet termasuk aku, hmm kalau udah kejebak macet ya tidur aja dalam mobil atau dalam bus. Macet itu hal yang menyebalkan :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Good, tidur. Tapi supirnya ditinggal kan kasihan :(
      (soalnya pengalaman sendiri jadi supir)

      Hapus

Berikan komentarmu dan kita bisa berdiskusi di sini!